Jejaring internasional
Untuk mendapatkan informasi yang terbaru dan agar jurnal Indonesia tidak cukup hanya terindkes oleh lembaga internasional, tetapi juga perlu berpartisipasi aktif dalam pergaulan jejaring pengelola jurnal secara terinternasional. Beberapa organisasi yang kami rekomendasikan:
- Komite standar etika penerbitan, Committee on Publication Ethics (COPE),
- International Association of Scientific, Technical, and Medical Publishers (STM Association of Scholarly Publishers), khusus untuk bidang ilmu alam, teknik, dan kedokteran,
- Preprint Initiatives (ASAPbio).
Pengelola jurnal juga perlu mendorong para penulisnya untuk mempublikasikan komponen-komponen risetnya secara terbuka dengan bekerjasama dengan:
- Server data, misal: PANGAEA (untuk bidang ilmu alam dan kebumian), Lembaga pengindeks repositori data terbuka (Directory of Open Access Repository, DOAR), Lembaga pengindeks data (Datacite),
- Server preprint: ArXiv, BioRXiv, OSF Preprints,
- Server peer-review: Publons, PaperHive, Peerage of Science.
Khusus mengenai peer-review atau biasa disebut mitra bestari, para pengelola jurnal dapat memanfaatkan para mahasiswa S3 dari Indonesia yang sedang menuntut ilmu di luar negeri (dan tentunya juga di dalam negeri) untuk berkontribusi, terutama yang menerima beasiswa dari Pemerintah RI. Para mahasiswa ini dapat memanfaatkan ilmunya untuk memberikan komentar orisinal yang konstruktif terhadap berbagai makalah yang masuk ke redaksi.
Selain itu sistem
open peer-review juga layak untuk dipertimbangkan, karena akan meningkatkan obyektivitas dan kecepatan proses dibandingkan sistem review tertutup
\cite{irawan_zenodo_2016}. Proses identifikasi penulis dan reviewer juga akan lebih mudah bila pengelola jurnal bergabung ke dalam organisasi
ORCID dengan mengintegrasikan sistem
login-nya (catatan: mayoritas jurnal di Indonesia dikelola dengan piranti lunak berbasis daring
Open Journal System/OJS yang dibuat oleh
Public Knowledge Project/PKP).
Kesimpulan
Bila melihat kondisi di atas, dapat dilihat bahwa jumlah jurnal OA di Indonesia sangat banyak, 420 buah dan akan lebih dari 500 bila memasukkan jurnal berbahasa Inggris. Bandingkan dengan negara lain seperti: Turki (162 jurnal), Polandia (114), Persia (85), Ukraina (70), Kroasia (47). Di sisi lain, tidak semua jurnal Indonesia tersebut mengenakan APC, sebagaimana lazimnya jurnal OA. Walaupun melalui komunikasi personal kami mendapatkan informasi bahwa ada beberapa (kurang dari 10) jurnal mengenakan APC yang terus meningkat (dengan angka terakhir Rp. 1 jt), namun jauh lebih banyak jurnal yang masih tidak mengenakan APC. Ini hanya akan terjadi, bila dunia penerbitan makalah saintifik tetaplah menjadi industri bukan untuk profit (not for profit industry). Anggaran operasionalnya sebagian besar berasal dari anggaran lembaga, bahkan kementerian. Ini hal yang unik dari sisi pendanaan.
Model pengelolaannya pun unik, bila dibandingkan dengan jurnal di luar negeri, misal kebijakan untuk memberikan insentif bagi penulis dan peer-reviewer. Secara pribadi, dari sisi itu, penulis menilai model pengelolaannya lebih baik dari Elsevier dan penerbit besar lainnya.Model pengelolaannya pun unik, bila dibandingkan dengan jurnal di luar negeri, misal kebijakan untuk memberikan insentif bagi penulis dan peer-reviewer. Secara pribadi, dari sisi itu, penulis menilai model pengelolaannya lebih baik dari Elsevier dan penerbit besar lainnya.
Kondisi positif di atas juga didukung dengan jumlah makalah berbahasa Indonesia yang cukup tinggi dalam basis data DOAJ, perlu mendapatkan perhatian sebagai dasar untuk mengambil langkah selanjutnya untuk memperjuangkan pengembangan sains yang lebih inklusif untuk Indonesia sebagai negara berkembang sekaligus sebagai negara yang bukan tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar (non English speaking country).
Keunikan kondisi dari berbagai sisi, alam, sosial budaya, dll, dapat ditonjolkan dalam berbagai karya ilmiah. Kita dapat menggunakan kondisi yang khas ini untuk dapat menggiring minat para peneliti dari negara asing (English speaking countries) untuk membaca karya-karya yang ditulis tidak dalam Bahasa Inggris. Ini bisa dapat dimulai dari ASEAN Citation Index. Keunikan kondisi dari berbagai sisi, alam, sosial budaya, dll, dapat ditonjolkan dalam berbagai karya ilmiah. Kita dapat menggunakan kondisi yang khas ini untuk dapat menggiring minat para peneliti dari negara asing (English speaking countries) untuk membaca karya-karya yang ditulis tidak dalam Bahasa Inggris. Ini bisa dapat dimulai dari ASEAN Citation Index. Pengelola jurnal juga dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai organisasi penerbitan internasional serta menggalang kerjasama juga dengan komunitas mahasiswa S3 yang sedang menuntut ilmu di dalam dan luar negerai sebagai peer-reviewer.
Dengan berbagai kelebihan itu, maka tidak berlebihan kalau kami menyebut Indonesia sebagai surganya jurnal OA.Dengan berbagai kelebihan itu, maka tidak berlebihan kalau kami menyebut Indonesia sebagai surganya jurnal OA. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan pengelolaan jurnal serta pengembangan ilmu secara lebih luas. Dalam hal ini pemerintah memegang peranan penting untuk mengembangkan dunia penerbitan saintifik Indonesia yang lebih berkualitas, dan inklusif untuk mengimbangi dominasi indikator-indikator indexing yang eksklusif. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan pengelolaan jurnal serta pengembangan ilmu secara lebih luas. Pemerintah memgang peranan penting untuk mengembangkan dunia penerbitan saintifik Indonesia yang lebih berkualitas, dan inklusif untuk mengimbangi dominasi indikator-indikator indexing yang eksklusif.